Selamat Datang di blog REINALDI TASIK REINALDI TASIK: Januari 2013

Kamis, 24 Januari 2013

Pengertian Puisi, Ciri, Jenis-Jenis, Unsur & Struktur Puisi|Secara Umum

Pengertian Puisi adalah bentuk karya sastra dari hasil ungkapan dan perasaan penyair dengan bahasa yang terikat irama, matra, rima, penyusunan lirik dan bait, serta penuh makna. Puisi mengungkapkan pikiran dan perasaan penyair secara imajinatif dan disusun dengan mengonsentrasikan kekuatan bahasa dengan struktur fisik dan struktur batinnya. Puisi mengutamakan bunyi, bentuk dan juga makna yang ingin disampaikan yang mana makna sebagai bukti puisi baik jika terdapat makna yang mendalam dengan memadatkan segala unsur bahasa. Puisi merupakan seni tertulis menggunakan bahasa sebagai kualitas estetiknya (keindahan). Puisi dibedakan menjadi dua yaitu puisi lama dan juga puisi baru.

Pengertian Puisi Menurut Para Ahli
Herman Waluyo: Pengertian puisi menurut herman waluyo adalah karya sastra tertulis yang paling awal ditulis oleh manusia.
Sumardi: Pengertian puisi menurut sumardi adalah karya sastra dengan bahasa yang dipadatkan, dipersingkat, dan diberi irama dengan bunyi yang padu dan pemilihan kata-kata kias (imajinatif).
Thomas Carlye: Pengertian puisi menurut thomas carley adalah ungkapan pikiran yang bersifat musikal. 
James Reevas: Pengertian puisi menurut James Reevas bahwa arti puisi adalah ekspresi bahasa yang kaya dan penuh daya pikat.
Pradopo: Pengertian puisi adalah rekaman dan interpretasi pengalaman manusia yang penting, diubah dalam wujud yang paling berkesan.
Herbert Spencer: Pengertian puisi adalah bentuk pengucapan gagasan yang bersifat emosional dengan mempertimbangkan keindahan. 
Unsur-Unsur Puisi 
Unsur-unsur puisi terdiri dari struktur fisik dan struktur batin puisi antara lain sebagai berikut... 
Struktur Fisik Puisi
Perwajahan Puisi (Tipografi), adalah bentuk puisi seperti halaman yang tidak dipenuhi kata-kata, tepi kanan-kiri, pengaturan barisnya, hingga baris puisi yang tidak selalu dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik. Hal tersebut menentukan pemaknaan terhadap puisi.
Diksi ialah pemilihat kata-kata yang dilakukan oleh penyair dalam puisinya. Karena puisi adalah bentuk karya sastra yang sedikit kata-katanya dapat mengungkapkan banyak, hal maka kata-katanya harus dipilih secermat mungkin. Pemilihan kata-kata dalam puisi erat kaitannya dengan makna, keselarasan bunyi, dan urutan kata.
Imaji, yaitu kata atau susunan kata yang mengungkapkan pengalaman indrawi, misalnya penglihatan, pendengaran, dan perasaan. Imaji terbagi atas tiga yakni imaji suara (auditif), imaji penglihatan (visual), dan imaji raba atau sentuh (imaji taktil). Imaji mengakibatkan pembaca seakan-akan melihat, mendengar, dan merasakan apa yang dialami penyair.
Kata Konkret, adalah kata yang memungkinkan memunculkan imaji karena dapat ditangkap indera yang mana kata ini berhubungan dengan kiasan atau lambang. Seperti kata konkret "salju" dimana melambangkan kebekuan cinta, kehampaan hidup, dll, sedangkan kata kongkret "rawa-rawa" melambangkan tempat kotor, tempat hidup, bumi, kehidupan dll.
Gaya Bahasa, adalah penggunaan bahasa dengan menghidupkan atau meningkatkan efek dan menimbulkan konotasi tertentu dengan bahasa figuratif yang menyebabkan puisi menjadi prismatis, artinya memancarkan banyak makna atau kaya makna. Gaya bahasa disebut dengan majas. Macam-macam majas yaitu metafora, simile, personifikasi, litotes, ironi, sinekdoke, eufemisme, repetisi, anafora, pleonasme, antitesis, alusio, klimaks, antiklimaks, satire, pars pro toto, totem pro parte, hingga paradoks
Rima/Irama ialah persamaan bunyi puisi dibaik awal, tengah, dan akhir baris puisi. Rima mencakup yakni: Onomatope (tiruan terhadap bunyi seperti /ng/ yang memberikan efek magis puisi staudji C. B); Bentuk intern pola bunyi (aliterasi, asonansi, persamaan akhir, persamaan awal, sajak berselang, sajak berparuh, sajak penuh, repetisi bunyi (kata), dan sebagainya; Pengulangan kata/ungkapan ritma merupakan tinggi rendah, panjang pendek, keras lemahnya bunyi. Rima sangat menonjol dalam pembacaan puisi. 
Struktur Batin Puisi 
Tema/Makna (sense); media pusi adalah bahasa. Tataran bahasa adalah hubungan tanda dengan makna, maka pusi harus memiliki makna ditipa kata, baris, bait, dan makna keseluruhan.
Rasa (Feeling) yaitu sikap penyair mengenai pokok permasalahan yang terdapat dalam puisinya. Pengungkapan tema dan rasa erat kaitannya akan latar belakang sosial dan psikologi penyair, seperti latar belakang pendidikan, agama, jenis kelamin, kelas sosial, kedudukan dalam masyarakat, usia, pengalaman sosiologis dan psikologis, dan pengetahuan. Kedalaman pengungkapan tema dan ketetapan dalam menyikapi suatu masalah tidak tergantung dari kemampuan penyair memili kata-kata, rima, gaya bahasa, dan bentuk puisi saja, namun juga dari wawasan, pengetahuan, pengalaman, dan keperibadian yang terbentuk oleh latar belakang sosiologis dan psikologisnya.
Nada (tone)  adalah sikap penyair terdapat pembacanya. Nada berhubungan dengan tema dan rasa. Penyair dapat menyampaikan tema baik dengan nada yang menggurui, mendikte, bekerja sama dengan pembaca dalam pemecahan masalah, menyerahkan masalah kepada pembaca, dengan nada sombong, menganggap bodoh dan rendah pembaca, dll. 
Amanat/tujuan maksud (intention) adalah pesan yang akan disampaikan penyair kepada pembaca yang terdapat dalam puisi tersebut. 
Puisi Lama dan Puisi Baru 
1. Puisi Lama 
Pengertian puisi lama adalah puisi yang masih terikat oleh aturan-aturan yaitu sebagai berikut.. 
Jumlah kata dalam 1 baris 
Jumlah baris dalam 1 bait 
Persajakan (rima) 
Banyak suku kata di tiap baris
Irama
Ciri-Ciri Puisi Lama
Tak diketahui nama pengarangnya. 
Penyampaian dari mulut ke mulut, sehingga merupakan sastra lisan. 
Sangat terikat akan aturan-aturan misalnya mengenai jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.  
Jenis-Jenis Puisi Lama 
a. Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap mempunyai kekuatan gaip.  
Contoh Mantra : mantra untuk mengobati orang dari pengaruh makhluk halus

Sihir lontar pinang lontar
terletak diujung bumi
Setan buta jembalang buta
Aku sapa tidak berbunyi
b. Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, yang setiap bait terdiri dari 4 baris, dan di tipa baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, sedangkan untuk 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri atas pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh Pantun 

sungguh elok emas permata
lagi elok intan baiduri
sungguh elok budi bahasa
Advertisement

jika dihias akhlaq terpuji  c. Seloka adalah pantun yang berkait
Contoh Seloka 

Sudah bertemu kasih sayang
Duduk terkurung malam siang
Hingga setapak tiada renggang
Tulang sendi habis terguncang
d. Talibun adalah pantun genap yang disetiap barusnya terdiri dari 6, 8 ataupun 10 baris
Contoh Talibun

Anak orang di padang tarap
Pergi berjalan ke kebun bunga
hendak ke pekan hari tiah senja
Di sana sirih kami kerekap
meskipun daunnya berupa
namun rasanya berlain juga
e. Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris yang bersajak a-a-a-a dengan berisi nasihat atau cerita.
Contoh Syair  

Berfikirlah secara sehat
Berucap tentang taubat dan solawat
Berkarya dalam hidup dan manfaat
Berprasangka yang baik dan tepat
f. Karmina adalah pantun kilat misalnya pantun tetapi pendek.
Contoh Karmina 

buah ranun kulitnya luka
bibir tersenyum banyak yang suka
g. Gurindam adalah puisi yang mana dari tiap bait terdiri 2 baris, bersajak a-a-a-a dan berisi nasihat.
Contoh Gurindam. 
Barang siapa tiada memegang agama (a)
Sekali-kali tiada boleh dibilangkan nama (a) 
Barang siapa mengenal yang empat (b)
Maka ia itulah orang yang ma'arifat (b)
Gendang gendut tali kecapi (c)
Kenyang perut senang hati (c)
2. Puisi Baru
Pengertian Puisi Baru adalah puisi yang tidak terikat lagi oleh aturan yang mana bentuknya lebih bebas ddari pada puisi lama dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.

Ciri-Ciri Puisi Baru
Memiliki bentuk yang rapi, simetris
Persajakan akhir yang teratur
Menggunakan pola sajak pantun dan syair walaupun dengan pola yang lain
Umumnya puisi empat seuntai
Di setiap baris atasnya sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
Di tiap gatranya terdiri dari dua kata (pada umumnya) : 4-5 suku kata
Jenis-Jenis Puisi Baru - Puisi baru dikatogerikan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut.. 
Jenis-Jenis Puisi Baru Berdasarkan Isinya  
a. Balada adalah puisi yang berisi kisah atau cerita. Puisi jenis ini terdiri atas tiga (3) bait, yang setiap delapan (8) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Lalu skema berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren pada bait-bait berikutnya. Contohnya pada puisi karya Sapardi Damono berjudul "Balada Matinya Seorang Pemberontak". 
b. Himne adalah puisi pujaan kepada Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-ciri himne adalah lagu pujian yang menghormati seorang dewa, tuhan, pahlawan, tanah air, almamater (pemandu di Dunia Sastra). Semakin berkembangnya zaman, arti himne berubah yang mana pengertian himne sekarang adalah sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap yang dihormati seperti guru, pahlawan, dewa, tuhan yang bernapaskan ketuhanan. 
c. Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Arti romansa berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra (perancis "Romantique). 
d. Ode adalah puisi yang berisi sanjungan untuk orang yang telah berjasa. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum. 
e. Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan atau ajaran hidup. Epigram berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan. 
f. Elegi adalah puisi yang berisi rata tangis atau kesedihan yang berisi sajak atau lagu dengan mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang. 
g. Satire adalah puisi yang berisi sindira/kritik. Istilah berisi bahasa latin Sature yang berarti sindiran; kejaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puasa hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dsb).
Jenis-Jenis Puisi Baru Berdasarkan Bentuknya  
a. Distikon adalah puisi yang mana di tiap baitnya terdiri dari dua baris (puisi dua seuntai). 
b. Terzina adalah puisi yang mana di tiap baitnya terdiri dari tiga baris (puisi tiga seuntai). 
c. Kuatrain adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari empat baris (puisi empat seuntai).  
d. Kuint adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari lima baris (puisi lima seuntai). 
e. Sektet adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari enam baris (puisi enam seuntai). 
f. Septime adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari tujuh baris (tujuh seuntai). 
g. Oktaf adalah puisi yang di tiap baitnya terdiri dari delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai). 
h. Soneta adalah puisi yang terdiri dari empat belas baris yang terbagi dalam dua, dimana dua bait pertama masing-masing empat baris dan pada dua bait kedua masing-masing tiga baris. Kata soneta berasal dari bahasa Italia yaitu Sonneto. Kata sono berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Puisi soneta diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi yang diambil dari negeri Belanda, sehingga mengapa kedua nama tersebut sebagai"Pelopor/Bapak Soneta Indonesia". Bentuk soneta Indonesia tak lagi patuh pada syarat-syarat soneta yang ada di italia atau Inggris namun soneta Indonesia memiliki kebebasan baik dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barinya (empat belas baris). 

Sabtu, 05 Januari 2013

Pengertian Citraan

Pengertian Citraan
Citraan adalah salah satu sarana kepuitisan yang digunakan oleh penyair untuk memperkuat gambaran pikiran dan perasaan pembaca/penikmat puisi. Sarana ini berkaitan erat dengan pengalaman inderawi penyair atas objek-objek yang disebutkan atau diterangkan dalam puisi. Biasanya penyair mengungkapkan tentang citraannya melalui kata-kata yang tersirat maupun tersirat. Fungsi citraan dalam puisi ini bertujuan untuk menguatkan maksud dari sang penyair.
Citraan dalam puisi biasanya disampaikan dengan cara mendeskripsikan dan bersifat imajinatif yang diutarakan melalui kata-kata. Dalam membangun sebuah citraan biasanya terdiri dari dua garis besar yaitu dengan cara mendeskripsikan dan dengan cara metafora. Citaraan yang digunakan oleh penyair mampu menyihir dan menggiring pembaca untuk seolah-olah merasakan apa yang dirasakan oleh penyair.
Macam-macam Citraan dalam Puisi
Berikut ini adalah macam-macam citraan dalam puisi.
1. Citraan Penglihatan
Citra penglihatan adalah citraan dalam puisi yang dapat merangsang pembaca untuk seolah-olah melihat apa yang dilihat oleh penyair. Citraan penglihatan merupakan citaan yang paling banyak ditemukan dalam puisi. Hal ini dikarenakan berkaitan dengan penglihatan mata. Rangsangan yang diberikan oleh citraan penglihatan dapat membawa pembaca ke ruang imajinasi yang seolah-olah nyata. Perhatikan penggalan puisi berikut ini:
Contoh: 
Bukit-Bukit Majaksingi,
Herman J Waluyo
Bukit-bukit memagari dataran dan sawah menguning tanpa rimbunan pohonan
Tegal-tegal tandus,
Pohon ketela kering dijemur bebatuan
(Kustyaningrum, 2012)
2. Citraan Pendengaran
Citra penglihatan adalah citraan dalam puisi yang merangsang pembaca dengan cara mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan indera pendengaran seperti bunyi-bunyi tertentu. Citra pendengaran merupakan salah satu citra yang sering digunakan dalam puisi. Cara penyair menyampaikan citra pendengaran yaitu dengan mengurai/mendeskripsikan suara-suara yang seolah pembaca mendengarkan peristiwa dalam puisi secara langsung. Penyair yang sering menggunakan citraan pendengaran biasa disebut penyair Auditit/Auditif. Perhatikan citraan pendengaran berikut ini:
Contoh :
Bukit-Bukit Majaksingi,
Herman J Waluyo Suara
Seruling,
Tembang-tembang gembala, 
Lenguh kerbau
(Kustyaningrum, 2012)
3. Citraan Perabaan 
Citra perabaan adalah citraan dalam puis yang dapat merangsang pembaca yang seolah-olah dapat meraba sesuatu yang di deskripsikan penyair dalam puisi. Citra perabaan identik dengan citra gerak karena kita seperti dapat meraba dan merasakan langsung apa yang disampaikan penyair dalam puisi. Perhatikan penggalan puisi berikut ini:
Contoh:
Puisi Do’a,
Chairil Anwar
cayaMu panas suci
tinggal kerdip lilin di kelam sunyi
(Suyatno, Sasmito dan Yetti, 2002:16)
4. Citraan Gerak
Citra gerak adalah citraan dalam puisi yang berkaitan dengan anggota gerak manusia. Penyair yang menyatakan maksud dengan citra gerak biasanya dapat menggiring pembaca yang seolah-olah menimbulkan kesan bergerak, padahal yang digambarkan bergerak sebenarnya tidak bergerak. Perhatikan penggalan puisi berikut ini:
Contoh: 
Nyanyian Sederhana dari Seekor Ular
Ada seekor ular 
Dalam semak berduri
Meloncat-loncat riang 
Sepertti dirumah sendiri
(Suyatno, Sasmito dan Yeti, 2002:27)

5. Citraan Penciuman
Citra penciuman adalah citraan dalam puisi yang berkaitan dengan indera pembau. Citra penciuman cukup jarang digunakan oleh penyair, karena untuk menciptakan citra penciuman cukup sulit bagi penyair untuk mendapatkan efek seperti nyata. Akan tetapi jika berhasil menerapkan citra penciuman dalam puisinya, maka puisi tersebut memiliki keistimewaan tersendiri. Perhatikan penggalan puisi berikut ini:
Nyanyian Suto untuk Fatimah,
W.S. Rendra 
Dua Puluh tiga matahari
Bangkit dari pundakmu
Tubuhmu mengucapkan bau tanah
(Pradopo, 1990:85)

6. Citraan Pengecap
Cita pengecap adalah citraan yang digunakan dalam puisi yang berkaitan dengan indera pengecap. Citraan ini cukuo jarang digunakan oleh penyair dalam menciptakan puisi. Penerapan citraan pengecap dapat memberikan kesan kepada pembaca yang seolah olah dapat merasakan dengan indera pengecapnya tentang apa yang disampaikan oleh penyair melalui karya puisinya.
Contoh: 
Kepada Peminta-Minta,
Chairil Anwar
Menganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum ditelingaku
(Suyatno, Sasmito dan Yetti, 2002:20)